Gorontalo, terkenal sebagai daerah penghasil jagung
yang subur. Oleh masyarakat pribumi, hasil bumi tersebut dimanfaatkan untuk
menciptakan kuliner khas Gorontalo, yaitu ‘Binte Biluhuta’. Nama Binte yang
berarti jagung, sedangkan biluhuta yaitu disiram. Jadi diartikan secara bahasa
adalah jagung yang disiram. Binte
Biluhuta ini paling enak disantap saat masih panas. Racikannya sendiri terdiri
dari jagung putih ketan, dicampur dengan parutan kelapa, udang dan suwiran ikan
cakalang, kemudian disiram dengan kuah berbumbu rempah-rempah khas Gorontolo.
Lebih nikmat dan lengkap lagi ditambah dengan irisan
daun bawang, tomat, kemangi, dan cabai. Untuk mengharumkan cita rasa dan
mengangkat kelezatannya, perl ditambahkan perasan jeruk lemon suwanggi. Jika melihat Binte Biluhuta maka kamu
akan terbayang dengan bubur Manado, karena memang kedua kuliner khas dari
daerah yang berbeda ini memiliki kesamaan. Kesamaan dilihat dari sama-sama
makanan berkuah dan ada suwiran ikan cakalang serta sayuran sebagai
pelengkapnya.
Nah ada juga perbedaannya, yaitu jika Binte Biluhuta
terbuat dari bahan dasar jagung dan parutan kelapa, sedangkan bubur Manado
terbuat dari bahan dasar beras dan singkong.
Sumber : https://deweezz.com/makanan-khas-gorontalo/
TILI AYA
Tili Aya merupakan kuliner khas Gorontalo yang
disajikan sangat sederhana. Biasanya Tili Aya disajikan sebagai lauk atau
pelengkap nasi dan makanan berat lainnya di setiap acara-acara adat.
Tili Aya terbuat bahan dasar gula merah, dicampur
dengan beberapa butir telur, lalu ditambahkan santan kelapa. Setelah semua
tercampur, adonan tersebut dikukus hingga matang. Pembuatan Tili Aya ini memang
terbilang mudah. Salah satu dari sekian banyak makanan khas
masyarakat Gorontalo pada bulan Ramadhan adalah Tili Aya. Tili aya merupakan
pilihan makanan khas malam pertama sahur orang gorontalo tempo dulu.
Menariknya, makanan berupa kukusan yang terbuat dari gula merah, telur dan
santan ini hanya dimakan pada saat sahur. Konon, orang-orang tua dulu kerap
membuat makanan ini sebagai penahan rasa haus di bulan puasa. Nenek Moyang dulu
ternyata cukup kreatif membuat masakan serta kue untuk makanan tambahan saja.
Bukan hanya itu, untuk membuat kue bukan sekedar suka membuat akan tetapi para
orang tua dulu juga melihat sisi ekonomis serta manfaatnya.
Tili Aya yang dibuat saat sahur pertama digunakan
sebagai makanan tambahan usai santap sahur, bertujuan untuk penahan rasa dahaga
di waktu siang. Artinya, karena pada awal puasa itu terkadang orang sulit
menahan dahaga yang teramat sangat, maka dibuatlah tili aya ini. Tili aya sudah
lama dikenal di kalangan masyarakat gorontalo. Sangat diyakini, kalo makan tili
aya ini, dahaga di siang hari saat berpuasa tidak akan terasa. Cara membuatnya sangat singkat, karena
bahan-bahannya juga mudah didapat. Kuliner ini berbahan dasar gula merah, telur
dan santan. Telur dan gula merah secukupnya diaduk sampai merata, kemudian
dituangkan ke dalam santan dan dikukus hingga matang, dan Tili Aya siap
dihidangkan. Agar rasa tili aya seimbang maka ukuran telur dan santan harus
merata. Caranya, kalau jumlah telur 5 maka santan diukur sesuai ukuran telur
sebanyak lima kali ukuran kulit telur tersebut. Bahan yang digunakan untuk membuat tili aya memang
memiliki protein tinggi untuk daya tahan tubuh saat berpuasa. Misalnya, gula
merah memiliki kandungan karbohidrat sehingga seseorang akan mampu bertahan
haus. Sementara telur, memiliki kandungan energi daya tahan tubuh.
Sumber : http://www.gorontalofamily.org/makanan_khas/tili-aya.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar